Novel; Test Pack by Ninit Yunita

Test PackTest Pack by Ninit Yunita
My rating: 5 of 5 stars

huks,, bukunya bagus...
tetang seorang istri bawel yang going to die to have any children.
Tata tuh pingin banget punya anak. 7 tahun menikah sama kakang Rahmat dan keingin itu tumbuh jadi obesesi yang semakin besar, dan besar, dan besar.
Tapi ternyata jalan untuk punya anak ngak semulus jalan tol. Sementara banyak pasangan yang memilih membuang calon baby mereka, Tata menunggu 7 tahun lamanya untuk bisa kasi anak buat kakang. Sayangnya, waktu menunggu 7 tahun belum juga cukup bagi takdir untuk menguji cinta mereka.
Oh ya, aku juga suka banget sama tokoh si Kakang ini. Betapa dia mencintai istrinya. Dia selalu bilang "Tata itu duniaku"
Bagaimana kalau dunianya Kakang memutuskan untuk berhenti berputar dari poros dimana ia biasa berdiri?

View all my reviews

SEBAGIAN dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.

Will you still love them, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on, start loving someone,
because you want to.

-goodreads-

Just For Your Information
Paperback, Cetak Ulang Kover Baru, 202 pages
Published 2010 by Gagas Media (first published 2005)
edition language
Indonesian
original title
Test Pack
url
Fave Review
- Christian Simamora via goodreads- 
 Buku ini buat gue adalah buku terbaiknya Ninit Yunita. Salut! Gue akhirnya bisa ngerasain apa yang dialamin nyokap dan bokap gue pas 'nunggu' sembilan tahun buat dapet anak. Really... dan gara-gara buku ini gue sampe dianggap aneh sama supir kopaja 66 (yeah, you, Mister!) karena gue NANGIS di Kopajanya pas baca buku ini. 
-Diego Christian via goodreads-
Setelah tujuh tahun menikah, Arista Natadiningrat atau yang kerap dipanggil Tata, ahli hukum spesialisasi perceraian, semakin khawatir dirinya infertil dan cemas berlebohan tidak bisa memiliki anak. Karena rasa cinta pada suaminya pula, ia ingin segera memberikan Kakang (panggilan sayang Tata, alias Eneng, untuk Rahmat Natadinigrat, suaminya yang seorang psikolog) seorang bayi. Padahal, Rahmat mencintai Tata apa adanya, ada atau tiada bayi di dalam hidup mereka berdua.

Berkali-kali Rahmat dan beberapa teman Tata menyuruh Tata untuk berkonsultasi kepada dokter speasialis kandungan untuk mengecek kondisinya, tapi Tata selalu ketakutan, takut infertil. Sampai pada suatu titik, (setelah terjadi beberapa rangkaian cerita tentunya) Tata akhirnya mengecek kondisi dirinya dan juga kondisi suaminya apakah subur atau tidak. Di sini kenyataan yang disampaikan dokter mengguncang hubungan perkawinan mereka.

Novel romance ini dikemas dengan "bungkus" yang berbeda, tidak sama dengan novel-novel romance kebanyakan. Inilah yang saya suka ketika menikmati novel-novel terbitan Gagas Media: gampang dibaca, tapi bukan novel gampangan.

Ada banyak kelebihan yang ditawarkan novel ini. Pertama, novel ini disulam dengan kejutan-kejutan yang terjadi secara alami. Tanpa kebetulan yang dibuat-buat, alurnya berjalan dengan tepat di dalam jalur. Kedua, gaya bahasa yang dipakai Ninit ditulis secara WAYS (Write as You Speak). Saya pribadi angkat dua jempol untuk penulis yang dengan cermat memberikan jenis pekerjaan yang tepat untuk tokoh Tata sebagai ahli hukum dan Rahmat sebagai psikolog. Pekerjaan inilah yang memengaruhi karakter mereka selama perjalanan cerita di dalam novel atau bisa pula sebaliknya, karakter mereka yang memengaruhi pekerjaan dan kehidupan sehari-hari mereka. Ketiga, desain sampulnya sangat kreatif. Mas Jeffri Fernando sungguh kreatif dalam memunculkan ide lewat gambar. Rasa-rasanya Gagas Media memang selalu stabil menyajikan desain sampul yang menarik, bukan?

Kekurangannya, saya pikir hanya ada beberapa typo beberapa kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Penempatan tanda baca dan beberapa spasi yang harusnya dipisah beberapa kali saya temukan di dalam novel. Kali lain, hal ini dapat diperbaiki oleh sang editor dalam cetakan berikutnya. Tidak terlalu bermasalah.

Bagi saya pribadi, novel ini mengajarkan saya untuk lebih bersyukur. Bahwa mencintai tidak perlu alasan, mencintai hanya karena kita ingin mencintai. Seperti kata Ninit di dalam buku ini,

"terkadang hal yang sepele mampu ditulis dengan luar biasa oleh penulisnya lewat buku.

Saya (pada akhirnya) juga berani belajar untuk mencintai sesuatu tanpa alasan.

Comments

Popular Posts