KangIn's Jerk ????



Beberapa peristiwa yang kerap menimpa KangIn akhir-akhir ini membuatnya tampak muram. Memang, ia selalu berusaha untuk tetap tersenyum, tapi dimata anak-anak suju yang sudah menganggapnya sebagi saudara sendiri, senyum itu jelas sekali dipaksakan. Bahkan KangIn yang biasanya paling senang kalau diajak jalan-jalan saat lagi off, sekarang lebih memilih tetap tinggal di dorm.

”Hyung... SooMan Sonsengnim malam ini katanya mau mentraktir kita minum soju. Kau ikut kan?”

EunHyuk bicara sembari kepalanya menyembul dari celah pintu kamar KangIn yang sedikit terbuka.

”Tidak ah!! Aku di dorm saja. Kalian pergilah.”

Jawab KangIn datar.

”Yah... mana asik kalau kau tak ikut, hyung!”

Kali ini ganti RyeoWook yang mengintip dari balik pintu. Tentu saja celah pintu itu semakin besar *kenapa tidak sekalian dibuka lebar-lebar saja pintu itu*

KangIn hanya tersenyum. Baik EunHyuk maupun RyeoWook sepakat mengartikan senyum itu sebagai penolakan. Dengan isyarat mata, keduanya serempak meninggalkan kamar KangIn menuju kamar LeeTeuk.

Setiba dikamar leader super karismatik itu *halah!!* ternyata semua member sedang berkumpul disana.

”Bagaimana??”

LeeTeuk si ’tetua’ anak-anak ini menyambut kedatangan EunHyuk dan RyeoWook yang dijawab dengan gelengan kepala keduanya –kompak banget, seperti anak TK yang lagi senam-

Sunyi cukup lama dikamar tak berapa luas dengan muatan 11 orang laki-laki itu.

”Yah,, mau gimana lagi. Kita biarkan saja dulu dia. Mungkin KangIn masih butuh waktu untuk dirinya sendiri”

HeeChul berpendapat, yang –mau tak mau- diterima oleh yang lain.

Pukul 9 malam, setelah berpamitan pada KangIn didepan pintu, ke 11 anak-anak suju beranjak meninggalkan dorm *gak kebayang gimana suasanya ’pamitan’ 11 orang di depan pintu dorm yang gak luas*

Tiga detik kemudian sunyi menyelimuti seluruh dorm. Ruangan yang biasanya sempit jadi terasa luas banget bagi KangIn yang tinggal sendirian.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, KangIn hanya duduk didepan telivisi dengan tangan penuh makanan. Matanya tertuju pada layar TV. Tapi pikirannya melayang kemana-mana. Begitu banyak yang ia pikirkan. Penyesalan, rasa bersalah, sedih, malu, marah, semuanya berputar-putar dibenaknya.

Belum lagi sms-sms yang bagaikan teror terus menyerangnya dua hari belakangan ini.

Pertama kali ia mendapat sms dari nomor tak dikenal yang berisi

”Oppa, no nappeun saram.”

Isinya hanya itu. Tapi setelahnya, bertubi-tubi KangIn mendapat sms-sms tak enak semacam itu dari nomor yang berlainan. Ada sms yang berisi

”Oppa, Ini semua salahmu!!”

atau

”Gara-gara oppa!!”

Semua itu KangIn terima sendiri. Ia tak berani mengadu pada siapapun. Ia takut, kalau anak-anak tahu, mereka akan ikut susah.

Begitu seriusnya KangIn hanyut dalam pikiran sendiri hingga tak sadar satu jam telah berlalu.

Saat ini jam didinding menunjukkan tepat pukul 10 malam. Acara di TV juga sudah tidak menarik lagi *dari awal juga tidak ada acara yang menarik perhatiannya, sih*. KangIn memutuskan untuk pergi kekamar saja. Tapi belum sempat ia sepenuhnya berdiri, lampu tiba-tiba saja mati. Ia yang kaget jadi terduduk lagi. Cukup lama ia terdiam. Membiarkan matanya terbiasa dalam gelap. Setelah itu, baru kembali KangIn beranjak. Kali ini tujuannya mencari senter atau apapun yang bisa dipakai untuk sedikit menerangkan ruangan yang benar-benar gelap itu.

”Cih!!! Kenapa harus mati lampu segala..”

Rutuk KangIn sendirian. Tepat setelahnya, ia menginjak sesuatu yang lumayan tajam.

”AUW!!!”

KangIn berjongkok. Sebelah tangannya memegang telapak kaki yang sakit, sementara yang satu lagi meraba-raba benda apa yang sebenarnya sudah ia injak.

”Jepit rambut??”

Gumamnya sambil meringis.

KangIn berusaha bangkit. Tapi kali ini kesialan lain menimpanya. Karena tak hati-hati, kini kepalanya membentur seseuatu.

”ADAW!!!”

Kembali KangIn berteriak.

”A!!!! Apa lagi ini..”

Dengan penuh perjuangan yang menyakitkan, akhirnya KangIn berhasil menemukan lilin yang kemudian diletakkannya dimeja ruang TV. Hilang sudah niatnya untuk masuk kedalam kamar tadi.

Suara detak jam yang menemani menambah kesunyian malam. Entah mengapa KangIn merasa takut sendiri. Lagian, ini pertama kalinya dorm mereka mati lampu. Lama pula.

Tak betah bergelap-gelapan didalam, KangIn memutuskan keluar. Ternyata diluar sama saja. Gelap banget. Lorong-lorong yang biasa ia lewatipun terasa asing. Terlihat jadi lebih panjang. Dan,,, mengerikan.

KangIn berjalan menuju lift bermaksud turun kelantai dasar. Sialnya saat tiba didepan lift ia baru sadar kalau gak mungkin lift itu berfungsi disaat mati lampu begini. Terpaksa ia berbalik arah menuju tangga darurat yang letaknya lumayan jauh. *KangIn yang malang, padahal didekat lift itu kan juga ada tangga darurat. Kenapa ia harus berbalik arah?*

Baru tiga langkah rasanya ia meninggalkan lift, terdengar seseorang memanggilnya.

”Hyung!!”

Suara yang KangIn kenal. Suara yang ia rindukan.

”KiBum ya!! Kau kah itu?”

KangIn berusaha mencari-cari sosok dongseng yang sudah lama tak ditemuinya itu.

”KiBum ya!!”

KangIn tetap yakin bahwa ia tak salah dengar. Maka dengan beraninya ia mengikuti asal suara itu.

KangIn terus menuruni anak tangga didepannya. Ia masih berharap bisa menemukan KiBum didepan sana. Tapi sepertinya sia-sia saja. Hanya rasa lelah yang menghampirinya. Bagaimana tidak, ia menuruni anak tangga dari lantai 11 hingga akhirnya kini tiba di parkiran. Ajaibnya, ada begitu banyak mobil disana. Padahal didalam tadi sepi sekali. Tak ada tanda-tanda kehidupan bahkan.

KangIn memutuskan untuk terus berjalan. Ia lalu teringat pada Hyung dan dongseng-dongsengnya. Ia kemudian menelpon LeeTeuk. Tapi hp-nya tak aktif. Begitu pula saat ia menghubungi RyeoWook, YeSeung, DongHae,, semuanya dijawab oleh operator yang mengatakan bahwa hp tidak aktif.

Tak tahu kenapa, tiba-tiba saja ia merasa khawatir. Ditambah lagi saat ada sms yang masuk.

”Ikuti permainan ku atau kau tak akan pernah bertemu dengan saudaramu ini lagi.

Hanya ada satu syarat dalam permainan ini, JANGAN PERNAH TINGGALKAN TEMPAT INI.”

=============

To Be Continue

Comments

Popular Posts