Novels by Cecelia Ahern

Hey Hooo...

Bagaimana kabar di minggu pertama tahun yang baru ini? Semoga semua baik-baik ya...

Kali ini saya akan me review (review? Yah.. maksudnya semacam itulah) dua buku pertama yang saya baca di tahun ini.. Kedua novel ini karangan Cecelia Ahern. Kenal ngak? Itu lho, pengarang PS I Love. Salah satu novel yang sudah di film-kan.

ehmm, ada sedikit petentangan 'kesukaan' dari kedua novel yang akan saya ulas setelah ini. Maksudnya, saya amat tidak menyukai novel yang pertama. Judulnya Thanks For The Memories. Kenapa saya tidak suka? Karena saya tidak dapat menerima gagasan yang ingin Cecelia Ahern sampaikan. Bagaimana bisa saya percaya bahwa kita bisa saja mendapatkan memori dari darah seseorang yang di-transfuse ke tubuh kita? Memangnya memori melawati aliran darah? Well, saya mengakui setiap penulis (fiksi) punya hak penuh atas gagasan yang dia usung dalam tulisannya. Sama seperti hak saya akan komentar tentang bukuk yang satu itu. Yeah, seperti itulah.

Dan, meski begitu. Saya menyukai novelnya yang berjudul A Place Called Here. Aneh memang. Kerana kedua novel ini sama-sama diluar nalar. Sama-sama bertentangan dengan hal-hal wajar yang selama ini dipercaya sebagian besar orang. Tapi nyatanya, saya memang menyukainya. I really do like this A Place Called Here's story.

Mari lihat sidikit kenampakan sampul kedua novel yang dari tadi saya bicarakan....

Thanks For The Memories
Thanks For The Memories by Cecelia Ahern
My rating: 2 of 5 stars


Paperback, 496 pages
Published February 2012 by PT Gramedia Pustaka Utama (first published January 8th 2008)
ISBN13   9789792280449
edition language  Indonesian
original title  Thanks for the Memories


Bagaimana kau bisa mengenal seseorang yang bahkan tak pernah kautemui?

Joyce Conway mengingat hal-hal yang seharusnya tidak dapat dia ingat. Dia tahu jalanan kecil berbatu pipih di Paris, padahal dia tidak pernah ke sana. Setiap malam dia bermimpi tentang seorang gadis kecil berambut pirang.

Justin Hitchcock adalah duda cerai yang kesepian dan gelisah. Dia datang ke Dublin untuk memberikan kuliah seni, dan bertemu dengan dokter cantik yang membujuknya mendonorkan darah. Sudah lama tak ada apa pun yang keluar langsung dari jantungnya.

Ketika Joyce meninggalkan rumah sakit setelah mengalami kecelakaan yang menghancurkan hati, dengan hidup dan perkawinannya luluh lantak, dia pindah ke rumah ayahnya yang sudah tua. Sementara itu, ada rasa déjà vu yang terus membayanginya, namun dia tidak tahu sebabnya...


View all my reviews

Kalau nggak ingat gimana susahnya menyelesaikan sebuah buku, mungkin saya hanya akan memberikan satu bintang...
Well, novelnya hanya not for me..
Ceritanya terlalu berat untuk saya terima. Seperti harus mempercayai satu tambah satu sama-dengan lima. Atau seperti harus mepercayai bahwa warna biru dan kuning kalau dipadukan akan menghasilkan warna merah muda...
Aneh sebenarnya, karena toh selama ini saya sangat menikmati membaca novel2 fiksi semaca Harry Potter atau Twilight saga. Novel2 semacam itu kan juga bisa dibilang nggak masuk akal ya. Tapi saya tetap sangat menyukainya. Tapi sayang tidak dengan yang satu ini. Bukan berarti novel ini masuk dalam genre dua novel yang saya sebutin tadi lho ya. Tidak sama sekali...




A Place Called Here - Ada di Sini
A Place Called Here - Ada di Sini by Cecelia Ahern
My rating: 4 of 5 stars


Paperback, 520 pages
Published July 2012 by Gramedia Pustaka Utama (first published October 16th 2006)
ISBN13  9789792286847
edition language  Indonesian
original title  A Place Called Here
characters  Sandy Shortt, Jack Ruttle
 
Bagaimana aku bisa menggambarkan tempat ini? Ini adalah tempat antara. Seperti lorong yang tidak ke mana-mana, seperti sisa-sisa jamuan prasmanan, tim olahraga yang terdiri atas orang-orang yang tak pernah dipilih, ibu tanpa anaknya, tubuh tanpa jantungnya. Hampir sampai, tapi kurang sedikit. Penuh dengan benda pribadi, tapi kosong, karena pemiliknya tidak ada untuk menyayangi mereka.

Sejak teman sekelas Sandy Shortt menghilang dua puluh tahun lalu, Sandy terobsesi dengan apa pun yang hilang. Tujuan hidupnya adalah menemukan—kaus kaki sebelah yang lenyap di mesin cuci, kunci mobil yang salah letak, maupun hal yang lebih serius, seperti orang yang hilang. Sandy mengabdikan hidupnya untuk menemukan mereka, juga memberikan sepercik harapan kepada keluarga yang ditinggalkan.


Namun, ketika Sandy sendiri hilang, dia menemukan suatu tempat—berisi orang-orang dan benda-benda yang telah dicarinya seumur hidup. Suatu dunia terpencil, jauh dari orang-orang yang mengasihinya, dari rumah yang ditinggalkannya. Sandy pun kembali mencari—tapi kali ini dia mencari jalan pulang..


View all my reviews

Nah nah.. Yang satu ini juga sama ajaibnya dengan Novel Thanks For The Memories yang saya baca sebelum ini. Sama anehnya. Sama ngak masuk akalnya. Tapi nyatanya saya suka. Seriously, I like this one..

Kalian pernah menjumpai benda-benda atau orang-orang menghilang begitu saja. Buka salah letak. Bukan diambil atau dipindah. Tapi wuss... tiba-tiba saja menghilang. Ya, benar-benar lenyap begitu saja.

Well, novel ini bercerita tentang Sandy Shortt (yang sama sekali tidak pendek) yang tidak bisa terima kalau ada benda-benda atau orang-orang yang menghilang begitu saja. Sejak umur sepuluh tahun, Sandy selalu berusaha luar biasa keras menemukan dan mencari kemana sebenarnya semua yang hilang itu. Sayangnya dalam beberepa kasus, seperti kasus-kasus kaus kaki hilang misalnya, Sandy sama sekali tidak bisa menemukan. Tidak ada yang bisa membantu Sandy menemukan. Dan itu membuatnya luar biasa frustasi. Hingga kemudian Sandy menemukan sebuah tempat. Tempat dimana benda-benda atau orang-orang hilang itu berkumpul. A Place Called 'Here'.

Bingung ngak sama review nya? Kalau bingung ya baca sendiri aja ya. Karena ceitanya sendiri memang ngak biasa. Seperti Cecelia Ahern memang mengkhusukan diri dalam cerita-cerita yang tidak biasa. LOL
Itu hanya asumsi saya loh

Ehh, iya. Ngomong-ngomong saya senang dengan bagaimana Cecelia Ahern me.ngem.ba.li.kan Sandy Shortt ke dunia-(pakai tanda kutip)-nya. Dengan kisahnya Dorothy Gale dari The Wizard Of Oz. Karena jujur, memang terlihat seperti itulah Sandy Shortt. Seperti Dorothy Gale. "There's no place like home".

Comments

Popular Posts