Book Review ; Seandainya.. by Windhy Puspitadewi
Seandainya... by Windhy Puspitadewi
My rating: 3 of 5 stars
Aku akan menjadi buih....
Seperti putri duyung di dongeng itu, kelak aku akan menjadi buih dan membawa mati semua rahasia hatiku. Sebut aku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu, aku melihat bagaimana benih-benih perasaanmu padanya pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang indah.
Aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata. Kau ada di hidupku, tapi bukan untuk kumiliki. Kerjap mata indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu?
Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, kumohon jangan menyalahkan dirimu. Mungkin memang sudah begini takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh. Aku hanya akan membiarkan buih-buih kesedihanku menyaru bersama deburan ombak laut itu. Karena inilah pengorbanan terakhirku: membiarkanmu bahagia tanpa diriku.... -goodreads-
Dan... satu pesan yang -saya rasa- ingin ditegaskan lewat novel ini adalah; Guys! terkadang perbuatan saja tidak cukup menunjukkan apa yang ingin kamu sampaikan. Ada kalanya 'berbicara' merupakan solusi paling baik. Komunikasi dari hati ke hati. Jadi, sebelum terlambat dan kalian menyesali nasi yang sudah jadi bubur, sebelum kalian hidup dengan kata "seandainya" yang menghantui, ada baiknya bicarakan saja rasa yang kamu ingin seseorang tahu. Seandainya... adalah tentang rasa yang tak kunjung terucap. Dan bila tak ingin bertemu hantu bernama Seandainya itu, ucapkan saja rasa-mu.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Aku akan menjadi buih....
Seperti putri duyung di dongeng itu, kelak aku akan menjadi buih dan membawa mati semua rahasia hatiku. Sebut aku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu, aku melihat bagaimana benih-benih perasaanmu padanya pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang indah.
Aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata. Kau ada di hidupku, tapi bukan untuk kumiliki. Kerjap mata indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik dan mencari jalan keluar dari bayang-bayang dirimu?
Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, kumohon jangan menyalahkan dirimu. Mungkin memang sudah begini takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah melambung ke langit ketujuh. Aku hanya akan membiarkan buih-buih kesedihanku menyaru bersama deburan ombak laut itu. Karena inilah pengorbanan terakhirku: membiarkanmu bahagia tanpa diriku.... -goodreads-
Eum... eum... *ketok2meja* gimana ya,,,
Ceritanya bagus - sih - tapi...
Mungkin novel ini cuma 'not for me' aja kali ya.
Awalnya, waktu baca sinopsis plus lihat covernya yang okeh punya, saya pikir akan disuguhkan cerita yang heartwarming. Yang akan membekas gitu, paling enggak untuk beberapa minggu kedepan.
Tapi setelah membaca novel ini kok kesannya kayak nonton sinetron Indonesia ya? ada terlalu banyak tokoh. Terlalu banyak yang ingin disampaikan. Terlalu banyak pesan moral yang ingin ditanamkan. Sayangnya perpaduan semuanya malah bikin novel ini jadi "Oh, oke. Cerita yang lumayan" udah, tutup buku, selesai. Kurang nyawanya.
Tadinya saya bahkan ingin bilang "Well, buku ini bagus buat kalian, guys, yang masih muda. Banyak yang bisa kalian pelajari disini." Sungguh, kata-kata itu jujur. Tapi rasa-rasanya kalau saya bilang persis seperti itu didepan anak-anak SMU mereka hanya akan menatap dengan sorot mata 'apa-apaan sih tante ini??' hahhaa
Well,, the point is, novel ini punya nilai, sungguh guys, ada banyak yang bisa kita pelajari dari sini. Tentang kehidupan, hubungan, bla bla bla, yah, yang semacam itulah. Tapi! saya pribadi khususnya, tidak menemukan nyawa di novel ini, ngak ketemu jiwanya.
Dan... satu pesan yang -saya rasa- ingin ditegaskan lewat novel ini adalah; Guys! terkadang perbuatan saja tidak cukup menunjukkan apa yang ingin kamu sampaikan. Ada kalanya 'berbicara' merupakan solusi paling baik. Komunikasi dari hati ke hati. Jadi, sebelum terlambat dan kalian menyesali nasi yang sudah jadi bubur, sebelum kalian hidup dengan kata "seandainya" yang menghantui, ada baiknya bicarakan saja rasa yang kamu ingin seseorang tahu. Seandainya... adalah tentang rasa yang tak kunjung terucap. Dan bila tak ingin bertemu hantu bernama Seandainya itu, ucapkan saja rasa-mu.
View all my reviews
Comments
Post a Comment