Novel Review; Andai Kau Tahu by Dahlian
Andai Kau Tahu by Dahlian
Judul Buku : Andai Kau Tahu
Penulis : Dahlian
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 366 halaman
ISBN : 9797806138 (ISBN13: 9789797806132)
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 366 halaman
ISBN : 9797806138 (ISBN13: 9789797806132)
Pengakuannya membuatku merona. Dalam sesaat aku terpaku memandangnya... seolah ia hanya imaji belaka. Bahwa semua ini hanya mimpi di suatu malam.
Seolah tak mengerti kejengahanku. kejujuran demi kejujuran meluncur keluar dari bibirnya. Tentang pujian tulusnya akan maknaku di hidupnya. Tentang harapannya akan diriku yang hadir di hidupnya selamanya.
Aku belum cukup mengenalnya. Aku tak pernah memikirkannya. Jadi, bagaimana caraku mengatakan yang sebenarnya, bahwa perasaanku dan perasaannya tidak berada di garis yang sama?
cc: goodreads
My Rating
Ini seriusan si Tania ini umurnya 23 tahun? Ngak salah umur ya? Kalau umurnya 19 -ato 19 setengah paling enggak- mungkin saya masih bisa terima sifatnya yang nyebelin pakai banget itu. Tapi 23 yo? Ada gitu cewek usia segitu yang masih sekanak-kanak, seegois, dan setidak-berpikir-panjang seperti Tania? Atau, apa hidup saya aja yang terlalu sempit, sehingga –untungnya- nggak pernah ketemu cewek macam Tania?
Ehm, ini salah satu dari omelan panjang saya selama membaca novel ini. Beneran deh, kesel banget sama (karakter) Tania. Baca novel ini, berasa lagi nonton sinetron. Bikin ngomel sendiri. *insert devil grin here*.
Lalu saya akhirnya berdamai. Dengan pikiran saya sendiri. Well, mungkin penulis ingin membuka mata manusia seperti saya ini dengan menyampaikan bahwa me.mang.a.da cewek semacam Tania ini (itu?). Dan kalau saya pikir-pikir lagi, novel ini sukses berarti dong ya. Sukses buat saya ngedumel sendiri, dan sukses buat saya kesel abis sama karakter Tania.
Jadi, let say kalo masalah Tania.Dan.Saya sudah selesai.
Yang kedua, ini ceritanya novel pertama Dahlian yang saya baca. Dari awal, saya pikir kalau Dahlian itu adalah nama cowok. Bukan cewek. Jadi saya sudah mau protes –lagi- saja ‘kok tulisannya seperti tulisan cewek ya?’ Dan, o-ow, ternyata memang cewek toh yang menulis. Well, yah, saya cuma bisa mbatin ‘baiklah’.
Tapi sepanjang apapun omelan saya, sedalam apapun kerutan-kening-tanda-ketidak-setuju-an saya, sesering apapun saya memicingkan mata tanda nggak terima selama membaca novel ini *ketularan drama nya*, sebenarnya saya penasaran juga sama ceritanya. Itu yang membuat saya bertahan dan tetap lanjut membaca novel ini hingga selesai. Penasaran bagaimana jalan ceritanya. Penasaran seperti apa akhirnya. Dan saya suka. Bukan suka sekali sampai buat saya pingin koprol trus bilang WOW. Melainkan cukup suka sampai saya ngak perlu regret sudah menghabiskan sore with a cup of latte PLUS novel ini.
Saya menikmati romance manis yang disuguhkan Dahlian disini. Dan, tentu saja, saya suka karakter Reza. Dokter Reza. Walau kadang berasa agak kaku dan terlalu formal, I like Reza’s style. Hehe,, dangkal banget yah saya. Sue me ^^
Oh ya, Reza ini kan dokter saraf ya? Boleh gitu, ngebedah ‘anak orang’ di tempat umum? Saya bukan anak kedokteran lho, jadi sama sekali nggak paham sama prosedurnya. Makanya penasaran. Trus pisau buat ngebedah kan HA-RUS steril kan ya? Pakai vodka saja sudah bisa jadi steril tuh, pisaunya? Nggak perlu di bakar dulu? Well, lagi, saya ngak paham masalah begini, jadi ini hanya pertanyaan saya sebagai seorang awam. Hehee
Kalau mau diurut-urut, ada banyak sebenarnya yang mau saya pertanyakan. Tapi ya sudahlah, novel ini kan ya. Mau di protes juga udah jadi ini. Ntar malah diteriakin yang lain ‘Ya udah, lu buat aja sendiri’ hahha. Bagi saya, penulis novel punya hak penuh mau dibuat seperti apa ‘dunia’nya. Sama seperti pembaca yang punya hak penuh menentukan mau, apa tidak ikut larut dalam dunia itu. Tergantung selera saja.
3,5 stars.
Keep semangat, mbak Dahlian. Sampai ketemu di novelnya yang lain ^^
Dan, oh, saya suka covernya. Hai lagi mbak Dwi Anisa Anindhika, selalu suka deh sama designnya.
Comments
Post a Comment